Leak
- ilmu Spiritual tingkat tinggi warisan leluhur Bali
Diambil dari berbagai sumber
Leak
merupakan suatu ilmu kuno yang diwariskan oleh leluhur Hindu di Bali. Kata leak
sudah mendarah daging di benak masyarakat hindu di Bali atau asal Bali yang
tinggal di perantauan sebab kata-kata ini sangat sering kita dengar dan membuat
bulu kuduk merinding atau hanya sekedar ga berani keluar malam gara-gara kata
“leak" ini.
Begitu
juga keributan sering terjadi antar tetangga gara-gara seorang nenek di sebelah
rumah di tuduh bisa ngeleak. Bahkan bayi menangis tengah malam, yang mungkin
kedinginan atau perut kembung yang tidak di ketahui oleh ibunya, juga
tuduhannya pasti “amah leak” apalagi kalau yang bilang balian sakti
(paranormal).
Asumsi
kita tentang leak paling-paling rambut putih dan panjang, gigi bertaring, mata
melotot, dan identik dengan wajah seram. Hal inilah yang membuat kita semakin
tajam mengkritik leak dengan segala sumpah serapah, atau hanya sekedar
berpaling muka bila ketemu dengan orang yang bisa ngeleak.
Secara
umum leak itu tidak menyakiti, leak itu proses ilmu yang cukup bagus bagi yang
berminat. Karena ilmu leak juga mempunyai etika-etika tersendiri. Yang
menyakiti itu ilmu teluh atau nerangjana, inilah ilmu yang bersifat negatif,
khusus untuk menyakiti orang karena beberapa hal seperti balas dendam, iri
hati, ingin lebih unggul, ilmu inilah yang disebut pengiwa. Ilmu pengiwa inilah
yang banyak berkembang di kalangan masyarakat seringkali dicap sebagai ilmu
leak.
Tidak
gampang mempelajari ilmu leak. Dibutuhkan kemampuan yang prima untuk
mempelajari ilmu leak. Dulu ilmu leak tidak sembarangan orang mempelajari,
karena ilmu leak merupakan ilmu yang cukup rahasia sebagai pertahanan serangan
dari musuh. Orang Bali Kuno yang mempelajari ilmu ini adalah para
petinggi-petinggi raja disertai dengan bawahannya. Tujuannya untuk sebagai ilmu
pertahanan dari musuh terutama serangan dari luar. Orang-orang yang mempelajari
ilmu ini memilih tempat yang cukup rahasia, karena ilmu leak ini memang
rahasia. Jadi tidak sembarangan orang yang mempelajari. Namun zaman telah
berubah otomatis ilmu ini juga mengalami perubahan sesuai dengan zamannya.
Namun esensinya sama dalam penerapan.
Pada
dasarnya ilmu leak adalah “ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari
pencerahan lewat aksara suci”.
Dalam
aksara Bali tidak ada yang disebut dengan leak, yang ada adalahadalah “Lia Ak
yang berarti lima aksara (memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam
tubuh melalui tata cara tertentu). Kekuatan aksara ini disebut “Panca Gni
Aksara”, siapapun manusia yang mempelajari kerohanian merek apapun apabila
mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya (aura).
Cahaya
ini bisa keluar melalui lima pintu indra tubuh; telinga, mata, mulut,
ubun-ubun, serta kemaluan. Pada umumya cahaya itu keluar lewat mata dan mulut,
sehingga apabila kita melihat orang ngelekas di kuburan atau tempat sepi, api
seolah-olah membakar rambut orang tersebut.
Orang
yang kebetulan melihatnya tidak perlu waswas. Bersikap sewajarnya saja. Kalau
takut melihat, ucapkanlah nama nama Tuhan. Endih ini tidak menyebabkan panas.
Dan endih tidak bisa dipakai untuk memasak karena sifatnya beda. Endih leak
bersifat niskala, tidak bisa dijamah.
Pada
prinsipnya ilmu leak tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti seseorang, yang
di pelajari adalah bagaimana dia mendapatkan sensasi ketika bermeditasi dalam
perenungan aksara tersebut. Ketika sensasi itu datang, maka orang itu bisa
jalan-jalan keluar tubuhnya melalui “ngelekas” atau ngerogo sukmo.
kata
“Ngelekas” artinya kontraksi batin agar badan astral kita bisa keluar, ini pula
alasannya orang ngeleak apabila sedang mempersiapkan puja batinnya di sebut
“angeregep pengelekasan”.
Sampai
di sini roh kita bisa jalan-jalan dalam bentuk cahaya yang umum disebut
“ndihan” bola cahaya melesat dengan cepat. Ndihan adalah bagian dari badan
astral manusia yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dan pelaku bisa
menikmati keindahan malam dalam dimensi batin yang lain.
dalam
dunia pengeleakan ada kode etiknya,
tidak
sembarangan berani/boleh keluar dari tubuh kasar kalau tidak ada kepentingan
mendesak, sehingga tidak semua orang bisa melihat ndihan.
tidak
boleh masuk atau dekat dengan orang mati (nah siapa itu orangnya, beda sama orang langit/musuh si sawa), penuhrahan leak bisa diperempatan, lebuh rumah, dapur dan kuburan, orang ngeleak main2 di kuburan
(pemuhunan) apabila ada mayat baru, anggota leak wajib datang ke kuburan untuk
memberikan doa agar rohnya mendapat tempat yang baik sesuai karmanya, begini
bunyi doanya leak memberikan berkat, "ong, gni brahma anglebur panca maha
butha, anglukat sarining merta, mulihankene kite ring betara guru, tumitis kita
dadi manusia mahutama, ong rang sah, prete namah.." sambil membawa kelapa
gading untuk dipercikkan sebagai tirta.
Ditinjau dari sumber ilmunya ada 2
jenis ilmu leak:
Leak
Panugerahan adalah kemampuan spiritual yang diberikan oleh Tuhan sebagai gift
(hadiah lahir) karena yang bersangkutan memiliki karma yang sangat baik dalam
kehidupan sebelumnya. Orang yg menguasai Leak Panganugerahan mampu menghidupkan
sinar Tuhan dlm tubuhnya yg diistilahkan dgn “api” dan mampu memadamkannya dgn
unsur2 cair yg ada dlm tubuhnya juga. Biasanya unsur2 cair ini akan keluar
dalam bentuk ludah/air liur/dahak. Dia juga mampu menyatukan unsur bhuana alit
(tubuh manusia) dgn bhuana agung (alam semesta). Dgn demikian ybs mampu
menguasai semua makhluk2 halus (jin, setan,dll) yg ada di dalam tubuh manusia
dan di alam semesta dalam genggamannya. dan sekali yang menerima anugrah
tersebut melanggar aturan atau berbuat diluar kebajikan, maka semua ilmunya
akan sirna dan hidupnya pasti menderita. Sehingga apapun yang akan dilakukannya
berkaitan dengan ilmu leak, selalu minta ijin terlebih dahulu dari Sesuhunannya
atau paling tidak mengadakan pemberitahuan (matur piuning).
Leak
Papalajahan adalah kemampuan yg didapat dgn cara belajar baik dengan meditasi,
tapa semadhi atau yoga atau belajar dari guru. orang yg menguasai Leak
Papalajahan hanya mampu menghidupkan api saja tanpa mampu memadamkannya. Dia
juga tdk mampu menguasai makhluk2 halus yg ada di alam semesta dalam dirinya,
tapi bisa memerintahkan mereka dgn jalan memberikan seperangkat sesajen
tertentu utk menyenangkan makhluk2 halus, karena sesajen2 ini adalah makanan
buat mereka.
Dalam
sebuah tayangan episode televisi ada seorang praktisi leak yang mencoba
menghapus kesan buruk ilmu leak dengan menayangkan prosesi nglekas. Dinyatakan
di sana bahwa kru televisi dari luar Bali pada ketakutan dan menjauh dari sang
praktisi karena melihat perubahan wujud menjadi sangat menyeramkan. Padahal
dari rekaman video perubahan wujud itu tidak tampak sama sekali. Hanya dari
beberapa bagian tubuh sang praktisi mengeluarkan cahaya terang, terutama mulut
dan ubun-ubun, sedangkan dari telapak tangan keluar asap putih. Itu bedanya
mata manusia yang memiliki sukma dan mata teknologi (kamera).
Ilmu
Kewisesan Pengiwa Leak Desti
Kata
Pengiwa berasal dari bahasa jawa kuno; yang asal katanya kiwa dalm bahasa Jawa
Kuno yang artinya kiri; kiwan; sebelah kiri, Ngiwa = Nyalanang aji wegig
(menjalankan aliran kiri), seperti ; pengeleakan penestian, Menggal Ngiwa =
nyemak (melaksanakan) gegaen dadua (pekerjaan kiri dan kanan).
Pengertian
Kiwa dan Tengen artinya ilmu hitam dan ilmu putih, Ilmu Hitam disebut juga ilmu
pengeleakan, tergolong aji wegig. Aji berarti ilmu, Wegig berarti begig yaitu
suatu sifat yang suka mengganggu orang lain. Karena sifatnya negatif, maka ilmu
itu sering disebut “ngiwa”. Ngiwa berarti melakukan perbuatan kiwa alias kiri.
Aji
Penengen (Ilmu putih) sangat bertentangan dengan ilmu hitam. Ilmu putih sebagai
lawannya, yang disebut pula ilmu penangkal leak yang bisa dipakai untuk
memyembuhkan orang sakit karena diganggu leak, sebab aji usadha berhaluan
kanan, disebut haluan “tengen” berarti kanan. Ilmu putih ini mengandung ilmu
“kediatmika”.
Leak
Desti yang merupakan bagian dari Ilmu Pengiwa dari jaman dulu kala sudah
menjadi fenomena yang tak pernah sirna dimakan jaman, keberadaannya dari dulu
menjadi momok yang menakutkan masyarakat. Leak Desti adalah perwujudan ilmu
leak tingkat paling bawah yaitu perwujudannya bisa berbentuk binatang. adapun
nama – nama yang sangat popular adalah:
Lelakut
yaitu sejenis kadal yang besar berbadan hitam loreng-loreng, berkepala manusia
berwajah seram dan hitam, rambutnya terurai, taringnya panjang, giginya
runcing, matanya lebar dan menyala keluar api berwarna hijau, mempunyai ekor
panjang warnannya loreng hitam putih.
Bebae
yaitu sejenis binatang kambing berbulu putih mulus, mempunyai telinga panjang
menjulur kebawah sampai menyentuh tanah.
Leak
Desti ini sasarannya adalah orang-orang yang penakut sehingga kalau orang yang
ketakutan ini melihat leak Desti maka ia akan lari terbirit-birit dan bisa
terjatuh dan pada saat jatuh itulah maka Leak Desti ini akan menyerang dan akan
mengisap darah orang yang terjatuh tadi.
Disamping
orang yang ketakutan juga bisa disasar anak-anak kecil terutama bayi-bayi
sehingga bayi-bayi itu bisa menangis terus-menerus dan tidak mau menyusu pada
ibunya dan lama-lama sampai anak kecil tersebut jatuh sakit. Leak Desti ini di
Bali ada penangkalnya yaitu melalui orang-orang Wiku yaitu orang yang sudah
menguasai ilmu pengobatan yang disebut ilmu Usada Bali (pengobatan tradisional
Bali).
“Ngereh”
artinya proses perubahan wujud dari manusia menjadi Leak. Leak desti adalah
wujud siluman jahat (setan). Desti adalah perwujudan binatang siluman manusia
dalam bentuk binatang yang aneh dan seram.
Adapun
Tehnik Ngereh Leak Desti tersebut adalah sebagai berikut : Dalam ajaran Agama
Hindu mengenal tiga Kerangka Dasar yaitu:
Tatwa
berarti orang yang menjalankan ilmu pengeleakan harus menyadari tentang
ajarannya.
Etika
berarti orang yang menjalankan ilmu pengeleakan pasti akan melaksanakan
mengenai tehnik-tehnik tingkah lakunya.
Upakara
berarti orang yang menjalankan ilmu pengeleakan sudah tentunya melaksanakan
upakara-upakara seperti menghaturkan sesajen (banten dalam bahasa bali) sebagai
sarana upakara.
Sebelum
Ngereh (proses perubahan wujud) menjadi Leak Desti, orang yang menjalankan
pengeleakan terlebih dahulu melaksanakan beberapa tahapan kegiatan dengan
melakukan berbagai permohonan. Adapun tahapan-tahapan kegiatan ngereh tersebut
adalah sebagai berikut :
Memasang
pasirep yaitu mengeluarkan ilmu kesaktian agar semua mahluk hidup yang ada di
sekitarnya semuannya tertidur lelap.
Mencari
tempat ngereh yaitu mencari tempat yang paling strategis dan aman seperti
misalnya di Kuburan, pada perempatan jalan, atau bisa di sawah yang penting
tempat tersebut sepi.
Mempersiapkan
upakara berupa sarana banten yang berkaitan dengan ilmu pengeleakan.
Melakukan
permohonan-permohonan agar proses ngereh dapat berlangsung sesuai dengan yang
diinginkan kepada Tuhan dalam segala bentuk menifestasinya yaitu :
Pertama
mohon kepada yang bernama Butha Peteng (perwujudan unsur alam gelap) untuk
memagari tempatnya agar siapa yang lewat supaya tidak melihat, dilanjutkan
kemudian dengan memasang ilmu pengreres (ilmu penakut) agar yang lewat menjadi
ketakutan.
Kedua
mohon kepada yang bernama Butha Keridan (perwujudan unsur alam terbalik) agar
pengelihatan orang bisa terbalik yaitu yang di atas bisa terlihat di bawah.
Ketiga
secara berturut-turut mohon kepada yang bernama Sang Kala Jingkrak, Butha
Lenga, Butha Ringkus, Butha Jengking dan terakhir mohon kepada yang bernama
sang Butha Kapiragan, agar segala permohonannya bisa terkabul.
Sang
Kala Jingkrak, Butha Lenga, Butha Ringkus, Butha Jengking dan Butha Kapiragan
adalah nama-nama Butha Kala yang menguasai Ilmu Pengleakan.
Keempat
setelah proses permohonan selesai, dilanjutkan dengan kegiatan muspa
(sembahyang) dengan posisi badan terbalik yang dilanjutkan dengan nengkleng
(berdiri dengan kaki satu) berjalan nengkleng mengitari "sanggah
cucuk" (tempat menaruh sesajen yang terbuat dari batang bambu), sesuai
dengan tingkat ilmunya dengan posisi putaran berjalan nengkleng kearah kiri.
Dengan
melalui ngereh tersebut diatas maka orang yang menguasai ilmu pengeleakan bisa
berubah wujud sesuai tingkat ilmu pengeleakan yang dikuasainya yaitu kalau
tingkat Desti maka orang tersebut bisa berubah wujud menjadi binatang yang
aneh-aneh dan seram
setelah
menguasai Ilmu Pengiwa Leak Desti, penekun akan dengan mudah membuat sarana
pengleakan yang biasa di gunakan oleh pengikut aliran kiri ini. Sarana tersebut
seperti :
“Pengasren”
(semacam pelet), yakni sarana magis agar orang yang bersangkutan menjadi
kelihatan selalu cantik dan tampan, awet muda dan mempunyai daya pikat yang
tinggi. Dengan sarana tersebut orang akan mudah dapat memikat lawan jenis yang
dikehendakinya.
“Pengeger”
(semacam penglaris) yang dapat menyebabkan si pemakai menjadi laris dalam
berdagang atau berusaha, dengan harapan si pemakai menjadi semakin kaya.
“Pengasih-asih”,
yakni sarana yang dapat membuat orang menjadi jatuh cinta kepada orang yang
menggunakan sarana tersebut. Atau dapat pula disebut dengan sarana guna-guna.
Seperti misalnya : guna lilit, guna jaran guyang, guna tuntung tangis, dan
lain-lain macamnya.
“Penangkeb”,
yakni sarana gaib atau mistis agar orang lain atau orang banyak menjadi tunduk.
Dengan demikian orang tersebut dapat mengendalikan, mengarahkan, menguasai,
atau menyetir orang lain atau orang banyak sesuai dengan keinginannya. Orang
yang telah terkena ilmu penangkeb tak ubahnya seperti kerbau yang dicocok
hidungnya, sehingga akan menjadi penurut sesuai perintah atau keinginan dari
orang yang mengenakan ilmu penangkeb.
“Pepasangan”,
yakni sarana yang ditanam pada tempat tertentu oleh orang yang bisa melakukan
pengiwa. Tujuannya adalah untuk mengenai korbannya sesuai dengan yang diingini
si pemasang. Dapat berupa sarana tulang manusia yang dibungkus, atau berupa
bubuk tulang yang ditaburkan pada pekarangan rumah orang yang akan dijadikan
korban. Dengan adanya pepasangan itu menjadikan situasi rumah tersebut menjadi
agak lain, agak seram, penghuninya sakit-sakitan, sering cekcok, dan lain-lain.
“Sesawangan”,
yakni kemampuan seseorang yang mempraktekkan ilmu pengiwa hanya dengan
membayangkan wajah atau hanya nama dari calon korban. Sesawangan juga disebut
dengan umik-umikan atau acep-acepan atau doa-doa. Dengan kemampuan ini
seseorang yang melaksanakannya dapat mencapai korbannya, walaupun dia
bersembunyi di balik dinding beton yang tebal dan kuat. Adanya ilmu ini makanya
sering kita mendengar kalimat seperti berikut : “walaupun engkau berlindung di
dalam gedong batu yang terkunci rapat, aku akan dapat mencapaimu”. Mungkin ilmu
sesawanganlah yang digunakan orang tersebut.
“Ilmu
Cetik” (racun) merupakan cara meracun orang atau korban. Ada cetik sekala dan
ada cetik niskala. Cetik sekala diartikan bahwa meracun dengan menggunakan
sarana tertentu yang tampak nyata, seperti cetik gringsing, cetik cadang
galeng, cetik kerikan gangsa, dan lain-lain. Kemudian cetik niskala adalah
meracun korban atau orang dengan sarana yang tidak kelihatan. Cetik ini hanya
mampu dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu Leak yang sudah tinggi. Hanya
dengan memandangi makanan atau minuman saja, maka korbannya akan menjadi sakit
seperti yang dikehendaki. Jadi boleh dibilang cetik ini tanpa memerlukan
sarana, karena tidak kelihatan.
Kewisesan
yang diporolehnya kemudian disebarluaskan secara rahasia dengan menggunakan
sarana seperti mas, mirah, tembaga, kertas merajah, dan lain-lain. Ada pula dalam
bentuk bebuntilan (bungkusan kecil yang berisikan sarana tertentu). Si pemakai
pengiwa tersebut juga diberikan rerajahan ongkara sungsang (ongkara terbalik)
pada lidah, gigi, kuku, atau bagian tubuh tertentu lainnya. Atau ada pula
penggunaan pengiwa dengan jalan maled (menelan sarana yang diberikan oleh
gurunya). Sarana pengiwa tersebut dibakar sebelumnya, kemudian abunya dibungkus
dengan buah pisang mas, dan kemudian ditelan. Setelah itu didorong masuk ke
dalam tubuh dengan menggunakan tirta atau air suci.
Dalam
kemajuan teknologi yang berkembang pesat saat ini ternyata di masyarakat masih
mejadi trend penggunaan alat-alat kekebalan dalam berbagai bentuk baik yang
dipakai maupun yang masuk dalam tubuhnya.
Adapun
fungsi dari alat tersebut untuk menambah kepercayaan diri agar merasa lebih
mampu dibandingkan dengan yang lainnya. Harus disadari fungsi dari alat ini
bagaikan pisau bermata dua. Kalau tujuanya untuk kepentingan umum dalam hal
menolong masyarakat tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah jika
alat itu digunakan untuk pamer dan menguji orang lain, ini yang sangat riskan.
Karena setiap alat yang kita pakai memiliki kadar tersendiri, tergantung dari
sang pembuatnya. Karena ini berhubungan dengan kekuatan niskala yang berupa
panengen dan pengiwa. Atau dalam istilah lainnya mengandung kekuatan pancaksara
maupun dasaksara. Tidak sembarang orang bisa membuat alat seperti ini apalagi
memasangnya karena berhubungan dengan pengraksa jiwa. Kalau berupa sesabukan
(tali pinggang) menggunakan bahan-bahan tersendiri, berupa biji-bijian seperti
kuningan, timah, perak, bahan panca datu. Ditambah sarana yang lainnya sebagai
persyaratannya. Untuk menghidupkan ini perlu mantra pasupati biar benda
tersebut menjadi hidup. Disinilah kekuatan penengen dan pengiwa berjalan
sebagai satu kesatuan yang menjadi kekuatan panca dhurga.
Kalau
sabuk pengeleakan lagi berbeda, di sini kekuatan pengiwa murni dipakai,
sehingga yang memakainya akan memasuki dunia lain, tanpa disadari ia akan
berubah secara sikap. Dan kita diolah oleh alat itu tanpa disadari kita menjadi
kehilangan kontrol. Ini yang sangat berbahaya, jika tidak segera ditolong ia
akan terjerumus, disinilah kekuatan penengen akan berjalan sebagai
penetralisir. Di sinilah perlunya kita pemahaman apa itu penengen dan pengiwa
jangan sepengal-sepenggal.
Kalau
yang memasukan dalam tubuh juga hampir sama prosesnya dengan yang memakai alat,
yang menjadi perbedaan adalah kalau yang memakai alat berada di luar tubuh dan
yang memasukan berada di dalam tubuh, inipun prosesnya tidak gampang perlu
orang yang tahu untuk memasangnya, memang tubuh menjadi kebal tapi perlu
proses. Tidak langsung jadi. Disinilah kejelian seorang senior terhadap
yuniornya apakah sudah siap secara mental atau tidak. Kalau sudah siap secara
mental maka akan cepat benda itu bereaksi dan bisa dikontrol oleh dirinya
sendiri, jika tidak akan sebaliknya akan membahayakan dirinya sendiri. Karena
alat-alat yang dipasang akan menjadi energi. Di sinilah muncul keegoissan kita
jika sudah merasa hebat seolah-olah kita yang paling unggul di antara orang
lain, padahal kita tahu ilmu seperti ini sangat banyak.
Pengendalian
diri sangat penting untuk membawa hal yang positif bagi kita sendiri, jangan
terjebak oleh keinginan sesaat. Tapi sebaiknya kita gunakan alat-alat itu untuk
kepentingan yang lebih baik seperti untuk jaga diri.
Untuk
mendapatkan ilmu tersebut, harus mengadakan upacara yang disebut madewasraya.
Apabila ingin menggunakan pangiwa, supaya dapat sakti dan manjur, mujarab dan
digjaya, terlebih dahulu harus menyucikan diri. Setelah itu tatkala malam
diadakannya madewasraya dahulu di kayangan pangulun setra (pura yang ada di
dekat kuburan), memohon anugrah kehadapan Hyang Nini Betari Bagawati atau Ida
Betari Durga Dewi. Adapun sarananya:
1.
Daksina 1 buah
2.
Uang kepeng sebanyak 17.000
3.
Ketupat 2 kelan (1 kelan = 6 biji)
4.
Arak & brem
5.
Ketan hitam
6.
Canang 11 biji
7.
Canang tubungan, burat wangi lenga wangi, nyanyah (goreng tanpa minyak)
gagringsingan, geti-getih (darah), dan biu mas (pisang kecil yang biasanya
dipakai untuk membuat canang)
kemudian
dipersembahkan secara niskala. Setelah itu bersila di depan paryangan,
bersemadi dan tidak lupa dengan dupa menyan astanggi, heningkan batin. Kemudian
ucapkan mantra:
“Om
Ra Nini Batari Bagawati, turun ka Bali; ana wang mangkana; aminta kasih ring
Paduka Batari, sira nunas turun ka mrecapada. Ana wang mangkana anunas
kasaktian, manusa kabeh ring Bagawati, Sang Hyang Guru turun ka mrecapada. Ana
wang manusa angawe Batara kabeh, turun ka Bali Sang Hyang Bagawati. Ana buta
wilis, buta abang, ana buta jenar, ana buta ireng, ana buta amanca warna, mawak
I Kalika, ya kautus antuk Batari Bagawati, teka welas asih ring awak
sarinankune, pakulun Paduka Bagawati. Om Mam Am Om Mam, ana Paduka Batara Guru,
teka welas asih, Bagawati manggih ring gedong kunci manik, teka welas asih ring
awak sarinanku”.
Apabila
sudah berhasil mendapatkan ilmu gaib tersebut, maka ada aturan yang harus
dipatuhi. Orang yang memiliki ilmu gaib tersebut akan digjaya tidak
terkalahkan, tidak bisa diungguli, dan semua akan tunduk kepadanya. Apabila
mampu merahasiakannya, maka dalam 100 kali kelahiran akan menemui kebahagiaan
dan kebebasan tertinggi. Dan bila meninggal dapat kembali ke sorga Brahmaloka,
Wisnuloka, dan Iswaraloka. Tetapi bila ketahuan, apalagi sampai suka
membicarakan, menyebarluaskan, dan tidak mampu merahasiakannya, maka dalam 1000
kali kelahiran akan menemui hina, neraka, disoroti oleh masyarakat, dan sudah
pasti terbenam dalam kawah neraka Si Tambra Goh Muka.
Proses Belajar Nge-Leak
Pada
dasarnya ilmu ini sangat rumit dan rahasia sekali, jarang seorang guru mau
dengan terang-terangan memberikan ilmu ini dengan cuma-cuma. Begitu juga saya
belajar dengan tiga guru dengan sangat susah payah harus "ngesorang
rage" biar bisa diterima jadi murid.
Sebelum
seorang belajar ilmu leak terlebih dahulu harus diketahui otonan orang tersebut
(hari lahir versi Bali) hal ini sangat penting, karena kwalitas dari ilmu yang
dianut bisa di ketahui dari otonanya, sang guru harus hati-hati memberikan
pelajaran ini kalau tidak murid akan celaka oleh ilmu tersebut. Setelah
diketahui barulah proses belajar di mulai, pertama-tama murid harus mewinten
Brahma widya, dalam bahasa lontar “Ngerangsukan Kawisesan”, dan hari baik pun
tentunya dipilih oleh sang guru.
Tahap
dasar murid diperkenalkan dengan Aksara Wayah atau Modre. Selajutnya murid di
“Rajah” (ditulis secara spiritual) seluruh tubuh oleh sang guru, hal ini di
lakukan di Kuburan pada saat kajeng kliwon nyitan.
Selesai
dari proses ini barulah sang murid sah diajarkan oleh sang guru, ada 5 sumpah
yang dilakukan di kuburan :
hormat
dan taat dengan ajaran yang di berikan oleh guru
Selalu
melakukan ajapa-ajapa dan menyembah SIWA Dan DURGA dalam bentuk ilmu kawisesan,
tidak
boleh pamer kalau tidak kepepet, selalu menjalankan darma,
tidak
boleh makan daging kaki empat, tidak boleh bersetubuh ( zina)
tidak
boleh menyakiti atau dengan carapapun melalui ilmu yang kita pelajari.
Di
Bali yang namanya Rangda selalu indentik dengan wajah seram, tapi di jawa di sebut
Rondo berarti janda, inilah alasanya kenapa dahulu para janda lebih menguasai
ilmu pengeleakan ini dari pada laki-laki, dikarenakan wanita lebih kuat nahan
nafsu... Pada dasarnya kalau boleh saya katakan ilmu ini berasal dari tanah
Jawa, campuran aliran Siwa dan Budha, yang di sebut dengan “Bajrayana”.
adapun tingkat pelajarannya adalah:
Tingkat
satu kita diajari bagaimana mengendalikan pernafasan, di bali dan bahasa lontar
di sebut “Mekek Angkihan” atau Pranayama.
Tingkat
dua kita diajarkan Visualisasi, dalam ajaran ini disebut "Ninggalin Sang
Hyang Menget"
Tingkat
tiga kita diajar bagaimana kita melindungi diri dengan tingkah laku yang halus
serta tanpa emosi dan dendam, di ajaran ini di sebut "Pengraksa Jiwa”.
Tingkat
empat kita di ajar kombinasi antara gerak pikiran dengan gerak tubuh, dalam
bahasa yoga disebut Mudra. mudra ini berupa tarian jiwa akhirnya orang yang
melihat atau yang nonton di bilang "Nengkleng” (berdiri dengan kaki satu).
Mudra yang kita pelajari persis seperti tarian siwa nata raja. Tingkat empat
barulah kita diajar Meditasi, dalam ajaran pengeleakan disebut "Ngeregep”,
yaitu duduk bersila tangan disilangkan di depan dada sambil mengatur pernafasan
sehingga pikiran kita tenang atau “Ngereh” dan “Ngelekas”.
Tingakat
lima kita di ajarkan bagaimana melepas roh ( Mulih Sang Hyang Atma ring Bayu,
Sabda lan Idep) melalui kekluatan pikiran dan batin dalam bahasa sekarang
disebut Levitasi, berada di luar badan. Pada saat levitasi kita memang melihat
badan kita terbujur kaku tanpa daya namun kesadaran kita sudah pindah ke badan
halus, dan di sinilah orang disebut berhasil dalam ilmu leak tersebut,
namun..ini cukup berbahaya kalau tidak waspada dan kuat iman serta mental kita
akan keliru, bahkan kita bisa tersesat di alam gaib. Makanya kalau sampai
tersesat dan lama bisa mati, ini disebut “mati suri”, maka Bhagawadgita benar
sekali, (apapun yang kamu ingat pada saat kematian ke sanalah kamu sampai...
dan apapun yang kamu pikirkan begitulah jadinya)
Tentu
dalam pelajaran2 ini sudah pasti dibutuhkan ketekunan, puasa, berbuat baik,
sebab ilmu ini tidak akan berhasil bilamana dalam pikiran menyimpan perasaan
dendam, apalagi kita belajar ilmu ini untuk tujuan tidak baik saya yakin tidak
akan mencapai tujuannya.
Kendati
demikian godaan selalu akan datang seperti, nafsu sek meningkat, ini alasanya
kenapa tidak boleh makan daging kaki empat, dan kita diajurkan tidur di atas
jam 12 malam agar konisi agak lemah sehingga nafsu seks berkurang. Dan tengah
malam tepat jam 12 kita diwajibkan untuk meditasi sambil mencoba melepas roh
dalam
dunia leak sama seperti perkumpulan spiritual, pada hari-hari tertentu pada
umumnya KAJENG KLIWON, kaum leak mengadakan “puja bakti” bersama memuja SIWA,
DURGA, BERAWI, biasanya di pura dalem atau di Kuburan (pura Prajapti) dalam
bentuk NDIHAN, bukan kera, anjing, dan lain-lain.
Jadi
demikian semeton yang bisa saya sampaikan, mudah mudahan tulisan ini menambah
wawasan di bidang ilmu leak sehingga besok-besok kita tidak ikut-ikutanan
mengatakan LEAK itu jahat
YA
SAKTI SANG SAJANA DARMA RAKSAKA, orang yang bijaksana pasti berpegang teguh
pada dharma, dan orang yang berpegang darma sudah pasti bijaksana.
Tingkatan ilmu Leak di Bali
Ilmu
leak ini bisa dipelajari dari lontar-lontar yang memuat serangkaian ilmu
pengeleakan, antara lain; “Cabraberag, Sampian Emas, Tangting Mas, Jung Biru”.
Lontar - lontar tersebut ditulis pada zaman Erlangga, yaitu pada masa
Calonarang masih hidup.
Pada
Jaman Raja Udayana yang berkuasa di Bali pada abab ke 16, saat I Gede Basur
masih hidup yaitu pernah menulis buku lontar Pengeleakan dua buah yaitu “Lontar
Durga Bhairawi” dan “Lontar Ratuning Kawisesan”. Lontar ini memuat tentang
tehnik-tehnik Ngereh Leak Desti.
Selain
itu lontar yang bisa dipakai refrensi diantaranya; “Lontar Tantra Bhairawa, Kanda
Pat dan Siwa Tantra”.
Leak
mempunyai keterbatasan tergantung dari tingkatan rohani yang dipelajari. Ada
tujuh tingkatan leak.
Leak
barak (brahma). Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya merah api.
Leak
bulan,
leak
pemamoran,
Leak
bunga,
leak
sari,
leak
cemeng rangdu,
leak
siwa klakah.
Leak
siwa klakah inilah yang tertinggi. Sebab dari ketujuh cakranya mengeluarkan
cahaya yang sesuai dengan kehendak batinnya.
Di
samping itu, ada tingkatan yang mungkin digolongkan tingkat tinggi seperti :
Calon
Arang
Pengiwa
Mpu Beradah
Surya
Gading
Brahma
Kaya
I
Wangkas Candi api
Garuda
Mas
Ratna
Pajajaran
I
Sewer Mas
Baligodawa
Surya
Mas
Sanghyang
Aji Rimrim.
dalam
gegelaran Sanghyang Aji Rimrim, memang dikatakan segala Leak kabeh anembah
maring Sang Hyang Aji Rimrim, Aji Rimrim juga berbentuk Rerajahan. Bila dirajah
pada kayu Sentigi dapat dipakai penjaga (pengijeng) pekarangan dan rumah,
palanya sarwa bhuta-bhuti muang sarwa Leak kabeh jerih.
Disamping
itu, ada sumber yang mengatakan ilmu leak mempunyai tingkatan. Tingkatan leak
paling tinggi menjadi bade (menara pengusung jenasah), di bawahnya menjadi
garuda, dan lebih bawah lagi binatang-binatang lain, seperti monyet, anjing
ayam putih, kambing, babi betina dan lain-lain. selain itu juga dikenal nama I
Pudak Setegal (yang terkenal cantik dan bau harumnya), I Garuda Bulu Emas, I
Jaka Punggul dan I Pitik Bengil (anak ayam yang dalam keadaan basah kuyup).
Dari
sekian macam ilmu Pengleakan, ada beberapa yang sering disebut seperti
Bajra
Kalika yang mempunyai sisya sebanyak seratus orang,
Aras
Ijomaya yang mempunyai prasanak atau anak buah sebanyak seribu enam ratus
orang. Di antaranya adalah I Geruda Putih, I Geringsing, I Bintang Sumambang, I
Suda Mala, Pudak Setegal, Belegod Dawa, Jaka Tua, I Pering, Ratna Pajajaran, Sampaian
Emas, Kebo Komala, I Misawedana, Weksirsa, I Capur Tala, I Anggrek, I Kebo
Wangsul, dan I Cambra Berag. Disebutkan pula bahwa ada sekurang-kurangnya empat
ilmu bebai yakni I Jayasatru, I Ingo, Nyoman Numit, dan Ketut Belog.
Masing-masing bebai mempunyai teman sebanyak 27 orang. Jadi secara keseluruhan
apabila dihitung maka akan ada sebanyak 108 macam bebai.
Di
lain pihak ada pula disebutkan bermacam-macam ilmu pengLeakan seperti :
Aji
Calon Arang, Ageni Worocana, Brahma Maya Murti, Cambra Berag, Desti Angker,
Kereb Akasa, Geni Sabuana, Gringsing Wayang, I Tumpang Wredha, Maduri Geges,
Pudak Setegal, Pengiwa Swanda, Pangenduh, Pasinglar, Pengembak Jalan, Pemungkah
Pertiwi, Penyusup Bayu, Pasupati Rencanam, Rambut Sepetik, Rudra Murti , Ratna
Geni Sudamala, Ratu Sumedang, Siwa Wijaya, Surya Tiga Murti, Surya Sumedang,
Weda Sulambang Geni, keputusan Rejuna, Keputusan Ibangkung buang, Keputusan
tungtung tangis, keputusan Kreta Kunda wijaya, Keputusan Sanghyang Dharma, Sang
Hyang Sumedang, Sang Hyang Surya Siwa, Sang Hyang Geni Sara, Sang Hyang Aji
Kretket, Sang Hyang Siwer Mas, Sang Hyang Sara Sija Maya Hireng, dan lain-lain
yang tidak diketahui tingkatannya yang mana lebih tinggi dan yang mana lebih
rendah.
Hanya mereka yang mempraktekkan
ilmu-ilmu tersebut yang mengetahuinya.
Tingkatan
Leak pun sebenarnya sangat banyak. Namun karena suatu kerahasiaan yang tinggi,
jadinya tidak banyak orang yang mengetahui. Mungkin hanya sebagian kecil saja
dari nama-nama tingkatan tersebut sering terdengar, karena semua ini adalah
sangat rahasia. Dan tingkatan-tingkatan yang disampaikan pun kadangkala antara
satu perguruan dengan perguruan yang lainnya berbeda. Demikian pula dengan
penamaan dari masing-masing tingkatan ada suatu perbedaan. Namun sekali lagi,
semuanya tidak jelas betul, karena sifatnya sangat rahasia, karena memang
begitulah hukumnya.
Setiap
tingkat mempunyai kekuatan tertentu. Di sinilah penganut leak sering kecele,
ketika emosinya labil. Ilmu tersebut bisa membabi buta atau bumerang bagi
dirinya sendiri. Hal inilah membuat rusaknya nama perguruan. Sama halnya
seperti pistol, salah pakai berbahaya. Makanya, kestabilan emosi sangat
penting, dan disini sang guru sangat ketat sekali dalam memberikan pelajaran.
Selama
ini leak dijadikan kambing hitam sebagai biang ketakutan serta sumber penyakit,
atau aji ugig bagi sebagian orang. Padahal ada aliran yang memang spesial
mempelajari ilmu hitam disebut penestian. Ilmu ini memang dirancang bagaimana
membikin celaka, sakit, dengan kekuatan batin hitam. Ada pun caranya adalah
dengan memancing kesalahan orang lain sehingga emosi. Setelah emosi barulah dia
bereaksi.
Emosi
itu dijadikan pukulan balik bagi penestian. Ajaran penestian menggunakan
ajian-ajian tertentu, seperti aji gni salembang, aji dungkul, aji sirep, aji
penangkeb, aji pengenduh, aji teluh teranjana. Ini disebut pengiwa (tangan
kiri). Kenapa tangan kiri, sebab setiap menarik kekuatan selalu memasukan
energi dari belahan badan kiri.
Pengwia
banyak menggunakan rajah-rajah ( tulisan mistik) juga dia pintar membuat sakit
dari jarak jauh, dan “dijamin tidak bisa dirontgen dan di lab” dan yang paling
canggih adalah cetik ( racun mistik). Dan aliran ini bertentangan dengan
pengeleakan, apabila perang beginilah bunyi mantranya, "ong siwa gandu
angimpus leak, siwa sumedang anundung leak, mapan aku mapawakan ……….."
Yang
paling canggih adalah cetik (racun mistik). Aliran ini bertentangan dengan
pengeleakan. Apabila perang, beginilah bunyi mantranya; ong siwa gandu angimpus
leak, siwa sumedang anundung leak, mapan aku mapawakan segara gni………..…
Ilmu
Leak ini sampai saat ini masih berkembang karena pewarisnya masih ada, sebagai
pelestarian budaya Hindu di Bali dan apabila ingin menyaksikan leak ngendih
datanglah pada hari Kajeng Kliwon Enjitan di Kuburan pada saat tengah malam.
Jadi kesimpulannya adalah
leak
tidak perlu di takuti, tidak ada leak yang menyakiti,
takutlah
terhadap pikiran picik, dengki, sombong, pada diri kita sebab itu sumber
pengiwa dalam tubuh kita. Bila tidak diantisipasi tekanan darah jadi naik, dan
penyakit tiga S akan kita dapat, Stres, Stroke, Setra.
Pada
hakekatnya tidak ada ilmu putih dan hitam semua itu hati yang bicara
Sama
halnya seperti hipnotis, bagi psikiater ilmu ini untuk penyembuhan, tapi bagi
penjahat ilmu ini untuk mengelabui serta menipu seseorang, tinggal
kebijaksanaan kita yang berperan.
Pintar,
sakti, penting namun..ada yang lebih penting adalah kebijaksanaan akan membawa
kita berpikir luas, dari pada mengumpat serta takut pada leak yang belum tentu
kita ketemu tiap hari.
Di
sarikan dari berbagai sumber. Saya bukanlah seorang praktisi leak, tapi saya
banyak mendengar dan membaca dari para praktisi. Dan mungkin suatu saat ketika
saya sudah siap, tidak tertutup kemungkinan saya juga mempelajarinya.
Komentar
Posting Komentar